Oven Hybrid UMRAH: Inovasi yang Mengubah Hidup Pembudidaya Teripang di Lingga
TANJUNGPINANG – Matahari belum sepenuhnya terbit ketika Jun, seorang pembudidaya teripang di Desa Teban, Kabupaten Lingga, memulai harinya. Namun, ada yang berbeda kini. Tidak lagi ia memandang langit dengan cemas, berharap cuaca cerah agar teripangnya dapat kering sempurna. “Sekarang, cukup 10 hingga 15 jam saja dengan oven ini,” ujar Jun, sembari menunjukkan oven pengering teripang hybrid buatan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Inovasi yang lahir dari tangan dingin Rozeff Pramana, S.T, M.T, seorang inventor sekaligus dosen UMRAH, telah membawa angin segar bagi pembudidaya teripang di daerah kepulauan seperti Lingga. Tidak hanya mempercepat proses pengeringan, oven ini juga menjadi solusi praktis bagi tantangan besar yang selama ini dihadapi masyarakat pesisir: keterbatasan akses energi.
Perjalanan Panjang Sebuah Inovasi
Oven pengering teripang hybrid ini bukanlah hasil kerja semalam. Rozeff memulai pengembangannya sejak tahun 2020, melalui serangkaian uji coba dan transformasi. “Kami selalu menyesuaikan desain dengan kebutuhan masyarakat. Apalagi Kepri ini daerah maritim, tidak semua wilayah bisa mengandalkan listrik atau gas setiap saat,” jelas Rozeff.
Oven ini menggunakan dua sumber energi—gas dan listrik—sehingga fleksibel digunakan di daerah-daerah yang listriknya terbatas. Desa Benan, salah satu wilayah budidaya teripang yang produktif di Kabupaten Lingga, menjadi lokasi ideal untuk mengimplementasikan oven ini. Tanpa aliran listrik 24 jam, oven hybrid menjadi penolong yang diandalkan oleh para pembudidaya.
Dari Prototype ke Dampak Nyata
Keberhasilan oven ini tidak hanya berhenti di Desa Benan. Pemkab Lingga telah memperluas penggunaannya hingga Desa Teban, sebagai bagian dari kerja sama dengan UMRAH. “Sekarang kami sedang merancang versi berkapasitas lebih besar, sesuai permintaan Pemkab Lingga, agar bisa digunakan untuk berbagai produk, bukan hanya teripang,” ungkap Rozeff.
Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMRAH, melihat inovasi ini sebagai contoh nyata kontribusi perguruan tinggi bagi masyarakat. “Kabupaten Lingga sudah menjadikan teripang sebagai produk unggulan. Kami berharap kabupaten atau kota lain di Kepri juga bisa menentukan produk perikanan unggulan mereka. UMRAH siap membantu dengan teknologi yang relevan,” katanya.
Namun, Henky juga mengingatkan pentingnya publikasi inovasi. “Pemkab Lingga mengetahui oven ini melalui informasi yang mereka temukan di media online. Jadi, kami mendorong para peneliti UMRAH untuk lebih aktif mempublikasikan hasil inovasinya.”




Solusi Nyata untuk Pembudidaya
Bagi Jun dan pembudidaya lainnya, oven hybrid bukan sekadar alat, tetapi harapan baru. Jika sebelumnya mereka membutuhkan 10 hingga 15 hari untuk mengeringkan teripang di bawah matahari, kini proses itu hanya memakan waktu hitungan jam. “Penggunaannya juga mudah. Ini benar-benar solusi bagi kami yang tinggal di daerah pulau-pulau,” tambah Jun.
Dengan inovasi ini, UMRAH tidak hanya membuktikan peran akademisi dalam menciptakan solusi nyata, tetapi juga menjadi jembatan antara teknologi dan kebutuhan masyarakat. Di tengah tantangan wilayah maritim, oven pengering teripang hybrid telah menjadi simbol perubahan yang membawa manfaat luas—bagi pembudidaya, pemerintah daerah, dan masa depan industri perikanan Kepri.
(Rendi & Editor LPPM)
